Saturday 20 October 2012

Kelebihan Antar Golongan (4)

Pendahuluan

Negeri ini mengalami berbagai macam masalah, selama beberapa tahun terakhir. Seolah tak kunjung usai. Bencana alam, masalah-masalah sosial, kepercayaan diri, dan banyak lagi masalah bisa diberikan untuk memperpanjang daftar yang sudah ada.

Semua masalah itu tak kunjung usai, dan bahkan mungkin semakin memburuk, ketika seseorang atau sekelompok organisasi mengusulkan sebuah pemecahan. Mengapa sebuah pemecahan justru malah membuat keadaan semakin buruk? Karena orang lain akan memberikan komentar mereka, menilai usulan dari kelompok pertama tak akan membuahkan hasil, dan merasa pendapatnya lebih baik dan lebih memberikan solusi.

Di tengah-tengah suasana seperti itu, salah seorang putra negeri, Buya Hamka, pernah menulis satu tulisan yang menurut saya penting untuk sama-sama diketahui oleh siapa pun yang peduli dengan nasib negeri ini. Buya Hamka menuliskan pandangannya, dalam bagian tafsir Al-Azhar Juzu' III, pada bagian yang membahas tentang ayat ke-253 surat al-Baqarah (surat ke-2) di dalam al-Quran. Tulisan beliau disampaikan di blog bukan dengan niat untuk membajak hak cipta atau melanggar hak cipta Buya Hamka dengan tafsirnya. Tulisan ini sengaja disampaikan di sini karena apa yang beliau tulis di sana saya pikir sangat penting dan relevan dengan kondisi yang sekarang terjadi.

Tulisan ini adalah bagian terakhir dari empat tulisan Buya Hamka. Bagian pertama dapat dibaca di sini. Semoga apa yang beliau sampaikan bermanfaat bagi kita semua.

Tafsir

Kembali ke dalam al-Quran dan Sunnah Rasul, bukan berarti menghentikan kebebasan fikiran. Di antara orang Mujtahid dengan Mujtahid yang lain selalu terdapat perbedaan pendapat. Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal dikenal oleh setiap orang yang mengetahui riwayat hidup mereka, bahwa mereka itu adalah guru dengan murid. Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid dari Imam Syafi'i dan Imam Syafi'i adalah murid dari Imam Malik. Ketiganya telah bersimpang menjadi tiga Mazhab, dan empat dengan Mazhab Imam Hanafi. Di antara mereka timbul rasa hormat-menghormati pendapat. Baru timbul selisih pada pengikut yang taqlid, sehingga mazhab pendapat fikiran sudah berganti menjadi satu agama sendiri.

Kita ambil misal dua perkumpulan terbesar di negeri kita ini, yakni Muhammadiyah dan Nahdhatul-Ulama. Keduanya masih tetap menganggap sah sembahyang masing-masing. Tidak ada orang Nahdhatul-Ulama memfatwakan bahwa tidak sah menjadi ma'mum di belakang Imam orang Muhammadiyah; demikian pula sebaliknya. Dan tidak sampai ada mesjid sendiri-sendiri sebagai Gereja Baptist, Metodist, Adventist, Prysbiterian, dan lain-lain. Sebab pada akidah pokok, Nahdhatul-Ulama dan Muhammadiyah adalah sama. Timbul perselisihan ialah kalau pengikut kedua belah pihak telah fanatik pada golongan, atau setelah dicampuri oleh pertarungan politik. Pada saat-saat yang penting telah ada tempat mereka kembali yaitu al-Quran dan Sunnah. Kalau tidak demikian, niscaya mereka akan hancur; tikam-menikam, bunuh-membunuh sama sendiri, sehingga berlaku bunyi ujung ayat, bahwa Allah berbuat apa yang Dia kehendaki, yang tidak dapat dielakkan!

Maka di dalam segala perselisihan fikiran di antara sesama ummat Allah, namun di hati sanubari kedua pihak selalu tersimpan sesuatu yang amat diingatkan, yang mencari kebenaran Allah. Keberanian manusia memerangi hawanafsunya, memanglah satu perjuangan yang jadi pusat dari segala perjuangan. Allah menghendaki karena kita sesama manusia sama bebas berfikir supaya perselisihan hilang. Di diri masing-masing kita ada satu bakat atau benih yang baik. Sebab itu maka di dalam al-Baqarah ini juga, yang dahulu telah kita tafsirkan (ayat 148) bersabdalah Tuhan:

(فستبقواالخيرات (البقرة ١٤٨

"Berlomba-lombalah kamu berbuat kebaikan." (al-Baqarah: 148)

Failosuf kita yang besar, Sayid Jamaluddin al-Afghany, seketika dikeritik orang karena tiap-tiap pemeluk suatu agama mengatakan bahwa agamanyalah yang benar. Pengeritik itu berkata bahwa dengan demikian permusuhanlah yang timbul. Maka Sayid yang mulia itu telah menjawab, bahwa hal yang demikian tidak boleh dipandang dari segi buruknya saja. Hanya kefanatikan dan membanggakan golongan sendiri, itulah yang membawa celaka perpecahan. Tetapi kalau masing-masing pemeluk agama berlomba menegakkan kebajikan dan beramal shalih, maka perlombaan kepada kemajuan dan kebajikanlah yang akan timbul di dalam dunia ini. Dan menurut beliau, perlombaan orang baik-baik dan beriman, beramal shalih di dalam segala agama di dunia ini, adalah salah satu jalan yang membawa dunia kepada yang lebih maju.

No comments: