Tuesday 30 August 2005

New Fotopic Link

Although I have some pictures to upload, it has been so long I don't update my cyber-album at fotopic.net. My job is dominating my time. I hope there's enough time to edit those pictures. By the time they're ready, it can be seen at my fotopic gallery.

At the mean time, while you are waiting for those pictures shown up in the gallery, you can see my friend's photographs. He just bought a Panasonic FZ5 digital camera. The result is very good. Check it out!

Wednesday 17 August 2005

Merdeka

Bulan Agustus ini, bangsa Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaan. Sudah tua untuk ukuran seorang manusia, tapi mungkin untuk ukuran sebuah bangsa, apalagi bangsa sebesar Indonesia, 60 tahun bisa dibilang remaja.

Bagaimanapun, waktu sepanjang itu seharusnya sudah cukup untuk betul-betul memerdekakan bangsa ini dari pola pikir yang terkekang. Cobalah renungkan, apakah kehidupan keseharian kita sudah bisa dibilang merdeka?

Hand phone berbagai macam jenis bisa ditemukan di negeri ini, terutama di kota-kota besar. Banyak orang yang membeli handset keluaran terbaru tanpa tahu bagaimana mengoperasikan fitur-fitur canggih yang tersedia. Membeli handset keluaran terbaru semata-mata hanya karena gengsi. Apakah ini sikap merdeka? Pikiran kebanyakan warga kota besar di Indonesia masih terbelenggu dengan nafsu 'gengsi', tidak mau ketinggalan menuruti nafsunya ingin memiliki barang mahal dan canggih.

Kebanyakan bangsa ini masih terjajah oleh nafsunya.

Sekolah, kursus, dan perguruan tinggi menjamur di mana-mana. Pendidikan jadi industri. Tidak peduli rakyat kebanyakan masih kesulitan mengumpulkan uang untuk membayar biaya pendidikan yang begitu mahalnya. Yang terpikir bagaimana mendapatkan untung dari penyelenggaraan pendidikan, alih-alih membuat pintar orang.

Kebanyakan bangsa ini masih terjajah oleh nafsunya ingin memperkaya diri.
Kebanyakan bangsa ini masih terjajah oleh kebodohan. Ironisnya kebanyakan orang pandai justru menjajah saudara sendiri.

Walhasil kebanyakan generasi muda bangsa ini, terutama di kota besar, pergi ke sekolah setiap pagi demi mencari nilai bagus. Tak peduli ilmu tidak didapat, nilai bagus bisa didapat dari mencontek pekerjaan orang lain.

Kebanyakan bangsa ini masih belum mandiri, tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri untuk bangkit menggunakan akal dan pikiran sendiri, membuat sebuah karya milik sendiri.

Tak heran jika rasa memiliki sebagian orang di negeri ini begitu rendahnya. Aset negara pun dibiarkan lepas demi kepentingan jangka pendek. Kedudukan kita pun lemah di hadapan bangsa-bangsa lain karena kita tidak punya kemampuan yang membanggakan, masih tergantung dari bangsa lain.

Sudah 60 tahun negara ini menyatakan kemerdekaannya, tapi tampaknya kebanyakan orang lupa bahwa Proklamasi adalah awal dari perjuangan yang lebih panjang. Perjuangan untuk membuktikan bahwa negeri bernama Indonesia memang benar-benar merdeka.

Friday 5 August 2005

PDIP

Beberapa minggu yang lalu rakyat negeri ini sempat dibuat mangkel sama kelakuan para wakil rakyat yang terhormat.

Di saat kebanyakan rakyat negeri ini sedang menderita mereka dengan tidak peduli malah jalan-jalan ke luar negeri. Alasannya untuk studi banding.

Emangnya apa sih yang di-studi banding? Kinerja parlemen di negara-negara maju? Emangnya setelah studi banding mereka jadi semakin pintar untuk meningkatkan kinerja Dewan Yang Terhormat? Rasanya dari dulu udah sering ada studi banding ke luar negeri, tapi para anggota Dewan Yang Terhormat tampak tidak semakin pandai (justru semakin pandai menghambur-hamburkan uang).

Saya tidak heran kalau anggota Dewan yang ngotot pengen melakukan studi banding berasal dari Fraksi PDIP. Sebab, PDIP itu nyatanya adalah kependekan dari Perbanyak Duit, Ingkari Perjuangan.

Jadi, apapun yang terjadi, dalam pemilu mendatang, jangan pilih wakil dari partai yang satu itu ya! Bikin rakyat sengsara aja!

Thursday 4 August 2005

Tjerdas Tangkas dan Bahasaku

Jaman gue SD dulu, salah dua mata pelajaran yang paling gue suka adalah Matematika dan Bahasa Indonesia. Di samping kedua mata pelajaran ini, mata pelajaran lain yang gue suka adalah IPA dan Agama Islam.

Kalo udah masuk jam pelajaran IPA, asik banget ngedengerin Pak Guru atau Bu Guru cerita tentang konsep-konsep Pengetahuan Alam. Kalo jamnya pelajaran Agama, gue keasikan dengerin cerita Nabi-nabi dan kisah-kisah Rasul-rasul jaman dulu.

Kalo pelajaran bahasa Indonesia, sebenernya tergantung dari buku yang dipake sih. Dulu waktu gue SD, pelajaran bahasa Indonesia sempet pake beberapa paket buku. Waktu di kelas 4 gue agak males belajar bahasa, karena wali kelasnya ngotot pake buku yang lain. Mbingungin deh kalo pake buku selain paket buku Bahasaku.

Gue suka aja kalo belajar pake buku Bahasaku. Banyak ceritanya! Udah gitu satu paket buku biasanya ada buku pengiring. Jadi selain buku utama yang dipake buat belajar (isinya pertanyaan dan pengenalan konsep bahasa), ada juga buku pengiring. Buku pengiring ini seluruh buku isinya cerita semua! Betah deh bacanya.

Nah kalo jam pelajaran matematika, gue suka karena ada soal cerita. "Amir bermain kelereng dengan temannya. Sebelum mulai bermain, Amir memiliki 20 kelereng. Setelah bermain dengan Hasan, Amir memiliki 11 kelereng. Berapa kelerengkah kekalahan Amir?". Pertanyaan-pertanyaan dengan soal cerita kayak begini bisa ditemuin di buku Cerdas Tangkas. Gue juga suka gambar-gambar yang ada di buku itu. Suasana pedesaan banget! Jaman sekarang gue idup di Jakarta sumpek banget rasanya ngeliat gedung di setiap pojokan jalan. Belon lagi kemacetan di mana-mana.

Masih inget gue, di buku Cerdas Tangkas ada ilustrasi yang menggambarkan jaman dulu orang dari desa ke kota naik otobis.

Enak gitu lho.. konsep pengurangan langsung dikenalin buat dipake dalam kehidupan sehari-hari. Jadi gampang nyantolnya.

Udah gitu.. buku-buku yang gue pake itu kebanyakan lungsuran dari kakak gue. Padahal kakak gue terpaut 6 tahun di atas gue, bukunya masih bisa gue pake buat belajar di SD. Jaman sekarang mana bisa begitu. Ganti menteri ganti buku bo'. Masih mending kalo nggak dipaksain, jaman sekarang buku harus beli, kalo nggak beli itu buku baru mana bisa dapet nilai bagus di rapor. Susah deh pendidikan di Indonesia jaman sekarang.

Gue pikir sistem pendidikan dasar di Indonesia saat ini justru ngajarin anak-anak untuk beli nilai dengan uang. "Kalo punya uang, lu bisa beli buku buat pelajaran di sekolah. Kalo lu punya buku, lu bisa dapet nilai bagus." (Jadi kalo mau dapet nilai bagus, lu musti punya uang).

Mau dibawa ke mana Indonesia 10 tahun lagi ya?