Friday 19 October 2012

Kelebihan Antar Golongan (2)

Pendahuluan

Negeri ini mengalami berbagai macam masalah, selama beberapa tahun terakhir. Seolah tak kunjung usai. Bencana alam, masalah-masalah sosial, kepercayaan diri, dan banyak lagi masalah bisa diberikan untuk memperpanjang daftar yang sudah ada.

Semua masalah itu tak kunjung usai, dan bahkan mungkin semakin memburuk, ketika seseorang atau sekelompok organisasi mengusulkan sebuah pemecahan. Mengapa sebuah pemecahan justru malah membuat keadaan semakin buruk? Karena orang lain akan memberikan komentar mereka, menilai usulan dari kelompok pertama tak akan membuahkan hasil, dan merasa pendapatnya lebih baik dan lebih memberikan solusi.

Di tengah-tengah suasana seperti itu, salah seorang putra negeri, Buya Hamka, pernah menulis satu tulisan yang menurut saya penting untuk sama-sama diketahui oleh siapa pun yang peduli dengan nasib negeri ini. Buya Hamka menuliskan pandangannya, dalam bagian tafsir Al-Azhar Juzu' III, pada bagian yang membahas tentang ayat ke-253 surat al-Baqarah (surat ke-2) di dalam al-Quran. Tulisan beliau disampaikan di blog bukan dengan niat untuk membajak hak cipta atau melanggar hak cipta Buya Hamka dengan tafsirnya. Tulisan ini sengaja disampaikan di sini karena apa yang beliau tulis di sana saya pikir sangat penting dan relevan dengan kondisi yang sekarang terjadi.

Tulisan ini adalah seri kedua dari empat seri. Semoga apa yang beliau sampaikan bermanfaat bagi kita semua.

Tafsir


Berkelahi, berperang, pertumpahan darah; baik di antara agama dengan agama, ataupun di antara pengikut satu agama. Di dalam Sejarah Agama Kristen kita dapati, bahwa belum 100 tahun Nabi Isa Almasih wafat, telah terjadi perpecahan Kristen yang amat hebat, sehingga terbagi-bagi dan terpecah, satu mazhab atau Sekte memerangi atau memusuhi Sekte yang lain, padahal semuanya itu kejadian setelah mereka mendapat keterangan. Bahkan sebelum pemberontakan kaum Kristen Protestant di bawah pimpinan Luther terhadap Gereja Katholik di bawah kuasa Paus, lama sebelum itu, bahkan sebelum lahir lagi Nabi Muhammad, telah terpecah menjadi Gereja Kerajaan Roma, Gereja Yacobin dan Gereja Nestourian, Gereja Timur dan Gereja Barat. Di zaman sekarang inipun dalam kalangan Protestang sendiri telah terpecah tidak kurang menjadi 200 Sekte, yang satu mengkafirkan yang lain. Yang satu mengatakan bahwa gereja merekalah yang paling benar di sisi Tuhan.

Dalam kalangan Islam sendiripun terjadi hal yang demikian. Jenazah Rasul s.a.w. terlambat menguburkannya selama dua hari, sebab mulai selisih tentang siapa yang lebih berhak akan jadi ganti beliau menjadi Khalifah beliau. Dan kemudian itu terjadi pertumpahan darah yang hebat, memusnahkan berpuluh ribu pemeluk Islam karena peperangan kaum Khawarij dengan kaum Syi'ah. Dan di zaman Daulat Bani Abbas, telah terjadi pula berkali-kali pertumpahan darah di antara sesama pemeluk faham Sunni dalam perkara-perkara kecil yang sepatutnya tidak menjadi pangkal selisih.

Kadang-kadang soal amalan yang kecil-kecil membawa tumpahnya darah, bahkan sampai menghancurkan negara. Sampai kepada kita di hari ini, masih saja kaum Syi'ah mempertahankan, bahwa yang berhak menjadi pengganti Rasulullah s.a.w. hanyalah Ali bin Abu Thalib, padahal susunan keadaan dalam Dunia Islam sudah berbeda daripada 14 abad yang lain. Jatuhnya Kerajaan Bani Abbas di Baghdad, karena diserang, dijarah dan dijajah oleh bangsa Mongol ialah karena Khalifahnya orang Sunni, dan wazir besar (perdana menterinya) orang Syi'ah; dan sejarah mengatakan bahwa Wazir al-'Aiqami itulah yang membuka rahasia pertahanan Baghdad kepada Holako Khan, sehingga Baghdad diserbu dan dihancurkan, dan Khalifah dibunuh dan akhirnya Wazir itu sendiri dibunuh pula.

Di Baghdad pernah terjadi bunuh-membunuh di antara pemeluk Islam Mazhab Syafi'i dengan pemeluk Mazhab Hanbali karena perkara menjaharkan Bismillah, perkelahian penganut Mazhab Syafi'i dengan Mazhab Hanafi telah sampai menghancur-leburkan negeri Merv sebagai pusat ibukota wilayah Khurasan.

Di abad-abad ke15 Masehi, amat hebat pertarungan Kerajaan Turki dengan Kerajaan Iran, dan dengan terang-terang kedua pihak mengatakan bahwa mereka berperang adalah karena mempertahankan kesucian Mazhab mereka masing-masing, sebab Turki adalah Sunni Hanafi, dan Iran Syi'ah. Di dalam abad ke19, Kerajaan Turki menyuruh Mohammad Ali Pasya Penguasa Negeri Mesir memerangi penganut faham Wahaby di Tanah Arab. Untuk ini dibuat propaganda di seluruh Dunia Islam, bahwa Wahaby itu telah keluar dari garis Islam yang benar, sehingga sisa dakinya sampai sekarang masih bersarang dalam otak golongan tua dalam Islam.

Di tanahair kita Indonesia, di zaman-zaman yang lampau, kuranglah kita mendengar terjadi pertumpahan darah karena perlainan Mazhab di dalam Islam. Karena kebetulan Mazhab yang masuk ke mari pada umumnya hanyalah satu, yaitu Mazhab Sunni Syafi'iyah. Tetapi kemudian setelah tersebar pula buku-buku agama yang lebih luas dan pandangan yang lebih jauh, timbullah berlainan pendapat dan timbul perselisihan di antara ulama dengan ulama, lalu mempengaruhi kepada orang-orang awam. Di permulaan abad ke20 ini (1906) mulai timbul selisih di antara ulama-ulama yang mempertahankan Tawassul dan Wasilah, merabithahkan guru ketika melakukan Suluk, dengan ulama yang membantah dan mengatakannya tiada berasal dari ajaran Rasul, dan telah jatuh kepada Syirik. Di Sumatera Barat timbul pertentangan ulama-ulama kaum tua dengan kaum muda. Di Jawa sejak tahun 1910 timbul perselisihan demikian pula. Golongan muda menjelma menjadi Muhammadiyah pada tahun 1912 dan golongan tua menjelma menjadi Nahdatul Ulama pada tahun 1925. Di kalangan orang Arab yang hijrah ke Indonesia timbul perselisihan di antara kaum keturunan Sayyid yang dikenal dengan sebutan Alawiyin, dengan yang bukan Sayyid yang menjelma menjadi Perkumpulan Al-Irsyad; dan sampai juga terjadi pertumpahan darah di Banyuwangi kira-kira pada tahun 1930.

Bukti-bukti yang kita kemukakan dari sejarah Islam ini, baik di zaman-zaman lampau atau sejarah pertentangan agama di Indonesia, barulah sekelumit saja jika dibandingkan dengan pertentangan karena agama dalam Dunia Kristen di Eropa sendiri. Berapa banyak korban yang harus diberikan karena pertentangan agama dalam Dunia Barat. Terutama setelah Konsili para Pendeta memutuskan suatu kepercayaan yang mesti dianut, misalnya tentang menuhankan Nabi Isa. Demikian pula bagaimana hebat dan mengerikan peperangan-peperangan agama yang terjadi di antara kaum Katholik dengan kaum Protestant, sampai berpuluh tahun. Bahkan salah satu sebab berboyong pindah ke Amerika di permulaan Abad Ketujuhbelas, ialah karena lari dari sebab tekanan dan paksaan yang ngeri dari pihak yang berlainan faham, sehingga orang yang pindah itu disebut pilgrim, yang berarti perjalanan suci.

Terjadinya Perang Salib sejak 10 abad yang lalu, yang dilancarkan oleh Dunia Kristen kepada Dunia Islam, yang tidak pernah berhenti sampai sekarang ini, lain tidak ialah karena sesudah mendapat keterangan yang dibawa oleh Rasul. Keterangan itu benar, tetapi mereka tidak mau menerima. Karena agama mereka bukan kepunyaan Tuhan, melainkan kepunyaan penguasa-penguasa gereja. Kedatangan ajaran Nabi Muhammad s.a.w. yang membebaskan manusia daripada perbudakan fikiran, sangat bertentangan dengan kepentingan mereka.

Lanjutkan ke bagian ketiga di sini.

No comments: