Poin zero. Ada temen lagi survey, ``Apa tujuan kamu hidup?'' ``Apa makna kehidupan menurutmu?'' (Semoga nggak salah inget pertanyaannya ;) ) Sebelum menjawab secara luas (panjang dan lebar menghasilkan luas kan?), mohon maaf kalo rasa penasarannya agak terkatung-katung :) Sebenernya kenapa jawabannya jadi terlambat bukan hanya karena lagi banyak kerjaan, tapi karena emang banyak kejadian yang saling berhubungan, dan itu perlu dicerna. Kebetulan pula ada temen yang lagi survey.. he.. he..
Poin pertama. Jawabanku pada poin2 berikutnya akan sangat dipengaruhi oleh apa yang selama ini jadi bahan bacaanku. Dan jawabanku kali ini bisa jadi akan sangat berbeda kalo sang teman kembali mengadakan survey tahun depan. Soalnya dalam setahun ke depan, Insya Allah, pasti ada tambahan bahan bacaan yang kutelan. Dan itu sangat mungkin mengubah pendapatku tentang makna dan tujuan kita hidup. Dan yang paling penting, jawabanku ini bukan berarti aku udah tahu segalanya. Life begins at forty :) Still many things we have to learn.
Poin kedua. Salah satu guruku ngajarin bahwa salah satu kosa kata yang kita kenal, Kebetulan, itu secara hakiki nggak bermakna. Kalo dipikir-pikir, segala sesuatu yang terjadi di dunia tempat kita hidup ini mengikuti aturan yang sudah ditetapkan sebelum alam ini terbentuk. Kosa kata Kebetulan kita gunakan untuk mempermudah kita memahami segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita ini dengan cara yang tidak terlalu filosofis. Tidak perlu menjadi seorang PhD (Philosophiae Doctor, baru dapet kepanjangannya hari Minggu kemaren) bagi seseorang untuk bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang manusia.
Aku tulis sedikit tentang Kebetulan, karena secara `kebetulan' belum lama berselang ada juga teman lain yang ngajak diskusi soal kehidupan ini. Sekarang status diskusinya lagi di-pending, sama2 pengen merenung dulu dari apa yang udah didiskusikan berdua :)
Pada saat yang hampir bersamaan pula, aku baru baca buku ``Alkemis'', karangan Paulo Coelho. Isinya kurang lebih (bukan spoiler lho ini, kalo Ismail belon baca :) ) tentang tujuan hidup seseorang itu kadang bisa ditemukan di sekitar lingkungan kita.
Lucunya lagi, secara `kebetulan' setelah aku selesai baca buku ``Alkemis'', kutemukan bahwa cerita tulisan Coelho itu sebenarnya salah satu bagian dari cerita 1001 malam. Coelho hanya mengemas ulang cerita itu. (Anehnya, menurut resensi buku yang pernah kubaca, justru buku ``Alkemis'' itu lebih terkenal. Paulo Coelho karenanya, mendapatkan banyak penghargaan. Berdasarkan fakta ini, seharusnya para sastrawan Baghad lebih banyak dapat penghargaan.)
Poin ketiga. Turunan poin kedua. Ada aktor utama yang telah menetapkan aturan sebab akibat itu. Aktor utama ini punya kewenangan tak terbatas dalam membentuk dunia tempat kita tinggal sekarang. Dan dia membuat dunia beserta isinya, termasuk kita, salah satunya karena dia ingin ada makhluk2 yang mengenal kekuasaannya.
Poin keempat. Specially designed. Akhir-akhir ini dua kata itu sering muncul di kepalaku. Dua kata itu muncul pertama kalinya setelah baca novel ``Timeline''-nya M. Crichton. Novel itu tentang perjalanan waktu. Banyak ahli fisika meragukan kita mampu melakukan perjalanan waktu. Terlalu banyak kontradiksinya. Contoh klasik: Kalo seseorang (kasih nama aja Bush, biar kontemporer :) ) bisa menembus waktu ke masa lalu, kemudian dia membunuh kakek buyutnya, maka dia nggak akan pernah ada. Karena dia nggak pernah ada, maka perjalanan waktu itu nggak akan terjadi.
Kalau pun semua kontradiksi itu sudah bisa dipecahkan, satu hal yang kupikir nggak mungkin adalah setiap generasi secara khusus dirancang untuk masanya masing-masing. Specially designed. Katakanlah Bush bisa menembus waktu ke masa lalu. Banyak faktor yang bisa membuat seorang Bush tidak bisa bertahan hidup di masa lalu itu. Dunia kita sekarang ini diyakini para ilmuwan `lebih panas' daripada dunia kita berabad-abad yang lalu. Dengan demikian, faktor dinginnya cuaca akan menimbulkan masalah. Dalam arah sebaliknya, kalo Bush melompat ke masa depan, bisa jadi dia langsung kehausan. Atau napasnya tersengal-sengal karena polusi udah lebih parah. Contoh lain, seperti dalam ``Timeline'', ada masalah bahasa. Tidak ada seorang pun di jaman kita sekarang ini yang tahu secara tepat bagaimana sebenarnya Philosophiae Doctor diucapkan oleh nenek moyang orang Itali. Pasti akan ada masalah komunikasi. Belum lagi kebiasaan hidup sehari-hari. Dari sejarah kita tahu, orang Eropa jaman dulu jarang mandi. Kalo si Bush kita mundur ke Eropa abad pertengahan, kemungkinan besar dia akan pingsan begitu sampai di sana, saking baunya orang-orang di pasar Eropa abad pertengahan :)
Poin kelima. Oversum histories. Seorang ahli fisika pernah punya teori, segala kejadian yang ada sekarang ini adalah resultan dari segala pilihan yang manusia buat di masa lalu. Ilustrasinya begini: Kalo aku berkeputusan untuk menjawab surveymu (atau survey temenmu) lewat SMS, maka aku hari Senin siang ini nggak akan duduk di depan komputer ngetik jawaban yang panjang dan lebar ini. History, sejarah, yang telah kubuat sejak aku terima SMS sampai hari ini, adalah konsekuensi dari keputusanku di masa lalu. Contoh lain: Kalo Bush berkeputusan menempuh jalan diplomatis untuk menggulingkan Saddam Husein, maka Senin pagi tadi tukang koran di depan komplekku bisa jadi nggak dapet rezeki karena aku tadi pagi beli majalah Tempo.
Ilustrasi besarnya: Kalo seseorang bercita-cita ingin membuat sebuah karya besar (jadi Presiden, mau naik haji, mau mengakuisisi Microsoft) dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, maka kalau dia berhasil di masa depan, itu semata hasil keputusannya di masa lalu. Hubungannya dengan poin ketiga (ada aturan yang sudah ditetapkan sebelum alam ini terbentuk), aturan sebab akibat udah ada dari sono.
IF kita pengen makan nasi goreng, AND bersungguh-sungguh nyari tukang
nasi goreng, AND kita mau bersusah payah menggerakkan tangan kita
menyuap sesendok demi sesendok nasi goreng ke mulut kita,
THEN kita akan kenyang dengan nasi goreng,
ELSE kita makan sesusatu yang lain
OR kita tetap lapar.
IF ada kemauan kuat,
THEN di sana ada jalan.
Poin keenam. Gabungan dari poin keempat dan kelima (poin kelima udah digabung dengan poin ketiga). Kita ini dimunculkan ke dunia oleh sesuatu kekuatan, Aktor utama, yang telah menetapkan aturan sebab-akibat (IF orang tua kita bertemu THEN lahirlah kita ke dunia), pada masa tertentu karena kita sudah dirancang untuk melakukan tugas2 yang spesifik di masa itu. Kita lahir di pertengahan tahun 1970-an, sekarang ini menghadapi drama global serangan Bush ke Irak. Tugas kita lah untuk mendukung atau menolak hal itu. But then again, dari poin kelima, semua itu tergantung apa keputusan kita.
Poin ketujuh. Turunan dari poin keenam. Kita hidup ini punya tugas masing-masing. Apa yang kita lakukan selama kita masing-masing menjalani hidup akan dicatat oleh sejarah, walaupun tidak harus berbentuk buku bertinta emas. Apa pun yang kita lakukan, keputusan sekecil apa pun yang kita buat semasa kita hidup, akan punya pengaruh besar di masa depan (karena itu namanya ``oversum histories''). Karena itulah, makna hidup menurutku adalah kita membuat rangkaian keputusan, yang sedapat mungkin memberikan manfaat paling besar di masa depan. Penyebabnya kita, penyandang akibatnya tidak harus kita. Ibarat orang menanam pohon, kata nabi Ibrahim, yang memetik buahnya kemungkinan besar adalah anak cucu kita.
Poin kedelapan. Tujuan hidup kita, dari keputusan2 yang kita buat, adalah untuk menunjukkan bahwa ada Aktor utama yang ingin dikenal.
Kesembilan, To sum up: Life is only once. But if we do it right, once is enough.
Wallahu a'lam.
1 comment:
anung,
berat bacanya :)
Post a Comment