Sengaja saya tulis posting kali ini tanpa judul. Karena jujur, saya tidak tahu mau dikasih judul apa postingan kali ini.
Seorang kawan SMA menulis di blognya, tentang Kesalehan Sosial. Betapa manusia modern di negeri ini tampak semakin egois. Entah apa yang terjadi di pelosok negeri sana, apakah fenomena yang sama juga terjadi. Tapi memang saya rasakan beberapa tahun terakhir ego warga Jakarta semakin ber-ego-ego. Berapa kali saya menyaksikan kejadian yang ditulis oleh kawan saya, dengan berbagai macam variasi.
Dalam pandangan saya, variasi ke-ego-an semacam itu bisa muncul dalam berbagai skala. Mulai dari skala kecil seperti kejadian di bis itu, sampai skala yang lebih besar seperti orang yang tidak peduli dengan tetangganya yang miskin padahal dia hidup di dalam istana mewah lengkap dengan satpam dan bodyguard-nya. Termasuk perilaku pengendara kendaraan roda dua yang sering kali sulit sekali memberikan kesempatan bagi para pejalan kaki untuk menyeberang jalan atau naik bis, padahal pejalan kaki yang bersangkutan sudah menyetop bis di halte. Juga dengan orang yang membuang sampah dari dalam kendaraan mewah yang melaju di jalan raya.
Untuk menambah trenyuh hati kita di bulan keramat ini, saya ceritakan pengalaman seorang kawan yang lain ketika dia naik bus. Ceritanya, bus yang dia naiki ini merupakan bus antar-jemput dari komplek perumahan ke Jakarta. Kelakuan penghuni komplek yang dimaksud tampaknya juga mengalami 'kenaikan'. Saya sama sekali tidak menggeneralisir, tapi di sini saya hanya mengungkapkan bahwa sifat semacam ini bisa hinggap pada diri siapa saja. Bahkan mungkin tanpa kita sadari kita mengidap penyakit sosial yang sedang kita bicarakan.
Saya lanjutkan ceritanya..
Kawan saya ini, seorang wanita, duduk setelah bus terisi setengah penuh. Bagi dia tak ada pilihan lain selain duduk di bangku yang sama dengan seorang eksekutif muda. Sang eksekutif duduk bersandar pada tepian jendela, dengan posisi duduk yang betul-betul menghabiskan ruang, sehingga kawan saya tidak bisa bersandar sama sekali. Sangat tak nyaman duduk di bis dengan posisi seperti itu. Dan sang eksekutif sama sekali tidak berlaku gentleman memberikan ruang kepada seorang wanita yang nota bene juga sama-sama cari nafkah.
Berbagai macam cara dilakukan kawan saya agar sang eksekutif bisa lebih 'ngeh' akan kehadiran seorang wanita yang duduk dengan tidak nyaman. Mulai dari batuk, berdehem, dan sebagainya. Sampai pada akhirnya kawan saya tanpa disengaja merasa gatal pada hidungnya. Dan tak lama kemudian, tanpa bisa ditahan, dia pun bersin sebelum sempat menutup hidungnya dengan tangan (mana sempat nutup pake tangan lha wong tangannya dipake buat nahan tas?). Alhasil sedikit muncratan cairan dari hidungnya tersebar. Baru lah pada saat itu sang eksekutif mau menggerakkan kakinya sedikit, memberikan cukup ruang bagi kawan saya untuk duduk dengan lebih lega.
Rupanya, orang-orang egois semacam itu alergi dengan kuman-kuman dari orang lain.
Well, sikap tidak simpatik seperti yang ditunjukkan sang eksekutif bisa membuat kita mengeluh mungkin. Tapi di sisi lain, terutama bagi anda para wanita, mungkin trik yang dilakukan kawan saya bisa digunakan di lain waktu. Bersinlah tanpa menutup hidung di hadapan laki-laki yang tidak mau memberi anda duduk.
1 comment:
siip bos, tulisan ini kasih tau juga dong ke milis 28 biar tambah gayeng diskusinya.....
tukeran link nyok....
Post a Comment