Once upon a time.. berkumpullah Tura dan kawan-kawannya di dunia saiber. Dalam ruangan konferensi maya (virtual room conference). Tura dan kawan-kawannya ngobrol ngalor-ngidul. Sekedar mengenyahkan rasa jenuh dari rutinitas pekerjaan di kantor. Saking ngalor ngidulnya mereka ngobrol, akhirnya topik pembicaraan nyerempet-nyerempet ke masalah WebLog. Ramailah suasana ruang konferensi dengan berbagai pendapat tentang Blog. Akhirnya Tura dan kawan-kawannya menyimpulkan satu hal (jadi setidaknya ada satu hal positif dari perbincangan maya ngalor-ngidul itu). Masing-masing peserta konferensi sepakat untuk membuat blog-nya masing-masing dan setiap mereka wajib mencantumkan link ke blog milik peserta konferensi yang lainnya.
Walhasil, Tura pun kemudian menindaklanjuti hasil perbincangan maya tadi dengan membuat sebuah WebLog di blogger.com. Tak terasa masa sudah terlewat beberapa bulan. Dan sampai saat ini bisa terlihat di antara peserta konferensi tadi siapa yang paling gemar menulis.
Perkara menulis memang tidak semudah seperti tampaknya. Ketika orang melihat penerbitan buku-buku cerita di toko buku yang semakin banyak saja dari hari ke hari, kebanyakan orang melihat menuliskan berbagai cerita sebagai hal yang mudah. Tapi buat orang yang tidak terbiasa, bisa memulai menuliskan kalimat pertama saja sudah menjadi sebuah prestasi besar.
Fenomena Blog buat Tura setidaknya bisa membantu hasrat terpendamnya untuk menorehkan kata, kalimat, dan ide dalam bentuk tulisan. Tak perlu tergantung kepada penerbit mana pun. Jika Tura punya ide, dia sesegera mungkin meraih pena dan kertas (atau membuka perangkat lunak pengolah kata di komputer terdekat) dan segera menuliskan ide-ide yang riuh rendah mengisi kepalanya dalam bentuk tulisan. Sebelum ide-ide tadi pergi dan kembali membuat kepala Tura kembali sunyi sepi. Sebelum Tura lupa apa yang pernah terlintas di dalam kepalanya.
Sebelum ada Blog, hasrat menulis Tura betul-betul terpendam. Saking terpendamnya itu hasrat, Tura sering merasa malas untuk sekedar menyalakan komputernya di rumah dan menuliskan rumpian ide yang numpang lewat di dalam kepalanya. Seringkali setelah komputernya menyala, Tura bukannya menulis tapi malah main game. Atau menulis prosa yang hanya dimengerti oleh kompilator komputer (dan terciptalah banyak program-program komputer kecil yang tidak terlalu bermanfaat).
Alhamdulillah kebiasaan Tura untuk mudah teralihkan perhatiannya ketika menyalakan komputer sudah mulai berkurang sekarang. Jadi dia lebih aktif menulis sekarang. Dan dia senang karena tulisannya tidak perlu disunat di sana-sini oleh editor penerbit. Karena tulisannya bisa langsung dia terbitkan di blognya sendiri (bedanya, di blog semuanya serba gratis. Sampe-sampe Tura juga nggak dapet uang sepeserpun dari kegiatannya menerbitkan tulisan di Blog).
3 comments:
Yak, setuju sekali dengan Kakak Anung ini.
Hehehe..yang pasti, dari hasil virtual conference itu, yang gue lebih tau adalah siapa yang nggak pernah update blognya lagi :p. Nung, gimana urusan paspornya?
Oahhmm... ngantuk nih.. mo nulis tapi gak dibayar...
Ah bobo ah...
Post a Comment