Thursday 8 January 2009

Umur, Umur, Umur

Tahukah anda, kata umur dalam bahasa Indonesia diturunkan dari bahasa Arab? Bahasa Arab adalah satu bahasa yang dari satu akar kata bisa dibentuk banyak sekali kata turunan yang maknanya saling terkait dengan makna dari akar kata pembentuknya. Contohnya ya kata umur ini.

Dalam bahasa Arab, kata umur berasal dari huruf-huruf Alif, Mim, dan Ra. Dari ketiga huruf ini, bisa dibentuk berbagai macam kata: Amir, Umara', Umur. Semuanya punya keterkaitan makna yang sama, yang dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan Urusan.

Maka kata Umara' mengacu pada seseorang yang diberikan kepercayaan untuk mengurus hajat hidup orang banyak.

Kata Amir sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Pemimpin. Dan seorang pemimpin pasti punya urusan, yang menyangkut urusan sosial kemasyarakatan dengan rakyat yang dipimpinnya.

Demikian juga kata umur, yang dalam bahasa Indonesia sering diasosiasikan dengan usia, atau masa hidup manusia. Dengan diberi umur, artinya manusia masih diberi kepercayaan oleh penciptanya untuk menyelesaikan berbagai urusan. Mengurus istri, anak, dan keluarga. Mengurus pekerjaan di kantor. Mengurus kerukunan dengan tetangga. Mengurus hutang piutang.

Kadang, walaupun sudah jarang, kita dengar orang berkata, "Syukur aku masih punya umur.." Maksudnya dalam konteks ke-Indonesia-an adalah dia bersyukur karena masih diberi kesempatan buat hidup. Tapi, di balik kata umur yang diucapkan, tersembunyi satu rahasia kehidupan, yaitu bahwa dia masih diberi kesempatan hidup untuk menyelesaikan urusan-urusan yang masih belum terselesaikan. Ucapan kalimat tadi bisa kita baca sebagai "Syukur aku masih hidup..", atau "Syukur aku masih diberi urusan.."

Dalam kaitan dengan awal tahun, mari kita renungkan sudah berapa lama kita hidup? Dua puluhan tahun? Belasan tahun? Tiga puluhan?

Apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan urusan yang masih tertinggal? Satu pemikiran yang muncul dalam benak saya di penghujung tahun yang lalu adalah seperti ini:

Dengan bertahun-tahun kesempatan yang sudah kita nikmati dalam hidup ini, beramal baik selama satu jam tentu tidak akan membuat kita susah. Nikmat hidup yang sudah diberikan kepada kita tidak sebanding dengan rasa kantuk yang kita rasakan ketika bangun di pagi hari yang dingin untuk bersiap-siap berangkat ke tempat kerja. Berapa lama sih kita mempersiapkan diri sebelum berangkat kerja? Dua jam, tiga jam mungkin. Dibandingkan 20 tahun usia kita, itu tak ada artinya.

Bekerja keras dengan serius ketika orang lain enak-enak baca koran di kantor, atau ketika teman-teman kita asik nonton gosip selebritis di televisi di sela-sela kesibukan kantor... Berapa lama kita kerja serius? Pagi hari paling lama sampai jam dua belas siang.. paling lama empat jam. Dibanding kesempatan hidup kita yang sudah 20 atau 30 tahun? Tentu tak membuat kita kesulitan kan? Hanya bersusah payah empat jam, nikmat yang Allah berikan kepada kita sudah 30 tahun. Tak ada artinya jerih payah kita itu.

Mari kita bersemangat terus untuk menambah jumlah dan kualitas amal kita di tahun ini. Semoga umur, urusan, yang kita dapatkan bisa menambah timbangan pahala kita nanti di akhirat.

Yuk.. semangat..! Kita kembali kerja, menyelesaikan urusan yang masih tertinggal. Berkonsentrasi tujuh sampai delapan jam untuk hari ini tak banyak berarti dibandingkan nikmat Allah yang telah dia percayakan kepada kita selama puluhan tahun.

Oh iya.. jangan lupa ya.. untuk teman-teman yang muslim, mulailah dengan membaca Basmalah.