Wednesday, 18 November 2009
Kurang Bertanggung Jawab
Monday, 9 November 2009
New Update
Friday, 6 November 2009
Tentang Rasa Keadilan
Thursday, 5 November 2009
Wahai SBY, Bertindaklah!
Wahai presidenku, kami memberikan amanat bagimu untuk memimpin negeri ini. Kami percaya padamu. Tapi kepercayaan kami perlahan semakin memudar melihat kebisuanmu beberapa hari ini. Mengapa seorang Prita dipenjara dan kasusnya diusut begitu terperinci hanya karena dia menuliskan sepotong keluhan? Mengapa seorang Anggodo masih bisa bebas padahal begitu banyak bukti yang menyudutkan dirinya? Apakah permohonan maaf seorang Anggodo kepada dirimu karena dia telah menyebut-nyebut dirimu tidak cukup menjadi bukti keterlibatan besar Anggodo?
Nalar kami tak sampai, nurani kami hanya nurani rakyat yang memohon keadilan tegak di negeri ini. Mungkin diriku pun akan mendapatkan perlakuan tak adil hanya karena menuliskan semua ini. Seperti inikah keadilan yang tegak di bawah kepemimpinanmu?
Wahai SBY, bertindaklah! Jika dirimu tidak berani, ingatlah, rakyat ada di belakangmu mendukungmu!
Wednesday, 4 November 2009
Pertanda II
Ternyata negeri di tempat cak Luri tinggal penuh dengan para bedebah. Dalam badan penegak hukum ada bedebah. Dalam badan peradilan ada bedebah. Mereka, para bedebah busuk itu, bersiasat memenjarakan orang-orang jujur. Dengan siasat yang mereka buat, mereka ingin orang jujur dipenjara, para bedebah berpesta pora.
Beberapa saat sebelum hebohnya kemunculan nama-nama para bedebah, negeri cak Luri digoncang beberapa kali gempa bumi.
Mendengar dan membaca pemberitaan tentang para bedebah hari ini saja sudah membuat dada cak Luri ingin meledak. Kepalanya tak habis pikir bagaimana mereka bisa tega dengan anak-anak jalanan yang gentayangan setiap hari di bawah terik matahari untuk sekedar mengganjal perut-perut mereka yang lapar. Sementara para bedebah mengatur makarnya dalam ruangan sejuk, dalam kendaraan mewah, dengan alat komunikasi keluarang paling baru.
Memikirkan para korban gempa bumi yang masih perlu mendapat perhatian dengan bantuan untuk bertahan hidup, membuat pikiran cak Luri menghubung-hubungkan gempa bumi sebagai pertanda bagi para bedebah busuk. Mungkin gempa bumi yang beruntun mengguncang negerinya membawa suasana yang membuat para bedebah busuk kehilangan akal, sehingga makar mereka terbongkar.
Nalar cak Luri tahu, tak ada hubungan logis antara rentetan gempa bumi dengan terbongkarnya nama para bedebah busuk. Tapi nalar Anggodo Widjojo lebih nggak masuk akal lagi waktu meminta maaf agar dia dan keluarganya dikasihani.
Sampeyan iku ora didukung rakyat, kok malah njuluk dikasihani. Ngerti ora?
Monday, 2 November 2009
KPK dan Sindrom Amnesia
Sebelum kasus KPK mencuat, kita ngomongin apa aja sih?
Gempa Sumatera Barat? Lupa.
Bursa pemilihan menteri kabinet? Lupa.
Teroris Noordin M. Top terbunuh? Lupa.
Hari Pahlawan? Lupa.
Friday, 30 October 2009
Mahalnya Kursi
Cobalah lihat perebutan kursi calon legislatif di gedung DPR/MPR Senayan, setiap lima tahun sekali. Tengok juga perebutan kursi bangku di sekolah-sekolah favorit setiap periode bulan Juli - Agustus.
Kalau menunggu satu atau lima tahun dianggap terlalu lama, cobalah tengok setiap hari di angkutan umum Jakarta, terutama pada saat jam-jam berangkat kerja, terlebih lagi jam-jam pulang kerja. Begitu ada bis kosong, langsung diserbu oleh penumpang yang seperti kehausan ingin merasakan sejuknya kursi kosong.
Di stasiun kereta Tanah Abang, Jakarta Selatan, pemandangan perebutan kursi kosong di kereta api selalu bisa dinikmati setiap hari kerja. Tanpa permisi kepada orang yang sudah lebih dulu duduk, banyak orang yang main seradag-serudug langsung duduk di sela-sela kursi yang masih kosong, kadang kala membuat orang yang sudah lebih dulu duduk tertindih dengan hentakan keras.
Ini dia salah satu hal yang mulai punah di Jakarta, dan pelan-pelan semakin menghilang ditelan egoisme warganya. Bagaimana tidak semakin egois, kalau mereka semakin tenggelam dari hari ke hari di dalam gelombang update status fesbuk.
Thursday, 22 October 2009
Setelah Rame-rame Pake Batik
Jangan sampe getuk lindri, pecel lele, bakso malang, dan masih banyak lagi yang lain diklaim lagi sama negara tetangga.
Mari kita sadar budaya. Kebudayaan Indonesia itu kaya!
Wednesday, 7 October 2009
To Celebes
This is his first time on a flight. Surely he likes to travel very much. As well as his mom.
Tuesday, 6 October 2009
Bermain Sepanjang Hari
Idan sangat gembira mendengarkan cerita-cerita ayah. Idan juga senang melihat gambar-gambar dari buku cerita yang dibelikan bundanya. Idan sangat senang bermain, sehingga dia keasyikan bermain pada saat seharusnya dia sudah tidur. Akibatnya ayah sempat kerepotan ketika Idan merengek-rengek. Berbagai cara ayah lakukan agar Idan mau tidur.
Idan sempat tidur setelah digendong sambil dinyanyikan oleh ayah. Akan tetapi kira-kira setengah jam kemudian, Idan sudah bangun lagi. Biasanya, kalau Idan terbangun, nenek selalu memberikan botol susu agar Idan kembali tertidur, tapi kali ini Idan tampaknya kembali ingin bermain bersama ayah. Idan justru menangis keras-keras ketika diberikan botol susu oleh ayah.
Kemudian ayah membawa Idan keluar rumah untuk kembali bermain.
Menjelang tengah hari, Idan kembali merasa mengantuk, tapi dia masih ingin terus bermain. Idan kembali menangis karenanya. Beberapa kali ayah mencoba berbagai cara agar Idan bisa tidur, namun tidak ada yang berhasil. Pada akhirnya ayah mengambil kain gendongan untuk menggendong Idan. Baru saja Idan mencium wangi bau kain itu, dia sudah tertidur. Mungkin karena sudah terlalu lelah bermain dan menangis, akhirnya Idan tidur juga digendong ayah.
Friday, 2 October 2009
Gempa Miyabi
Jangan lupa suatu saat anda juga bisa jadi korban gempa.
Sumber gambar:
1. http://foto.detik.com/readfoto/2009/10/01/231132/1213322/157/1/gempa-remukkan-mobil-dan-motor
2. http://movie.detikhot.com/read/2009/09/30/145823/1211927/620/miyabi-lebih-mahal-ketimbang-dewi-persik
Donasi Gempa Dompet Dhuafa Republika
Thursday, 1 October 2009
Batik
==========
Ini untuk mengingatkan saudara-saudara semua, orang-orang Indonesia, untuk mengenakan baju batik pada hari Jumat besok, tanggal 2 Oktober 2009.
Jangan lupa ingatkan saudara, rekan kerja, dan orang-orang di sekitar kita.
Mari kita warnai Indonesia dengan batik!
==========
This is a friendly reminder for Indonesian people to wear batik tomorrow, 2nd of October 2009.
Please tell your colleagues and other people near you about this.
Let's paint Indonesia with batik!
Tuesday, 29 September 2009
Bobo Sambil Ngintip
Wednesday, 2 September 2009
Friday, 14 August 2009
Kompetisi Roket Indonesia
Monday, 6 July 2009
Kisruh DPT, dan Peran Serta Kita
Dua hari lagi bangsa Indonesia akan menjalankan Pemilihan Presiden yang kedua kalinya, jika tidak ada halangan. Sepanjang tahun 2009 ini, diadakan dua kali pemilihan. Pemilihan pertama dilaksanakan bulan April lalu, untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dan DPR Daerah. Bulan Juli ini, pemilihan kedua dilangsungkan, untuk memilih pemimpin Indonesia masa bakti 2009-2014.
Pada bulan April lalu, pelaksanaan pemilu bukan tanpa masalah, dan menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden tanggal 8 besok, masalah yang sama kembali berulang. Ini masalah tentang DPT (Daftar Pemilih Tetap).
Seharusnya, DPT memuat semua warga negara Indonesia yang punya hak suara untuk ikut serta dalam pemilihan umum. Namun banyak masalah ditemui dari segi pendataannya. Banyak kasus di mana satu orang terdaftar dua kali (atau bahkan mungkin lebih) di dalam DPT. Tentu ada juga yang justru haknya tak terpenuhi, namanya sama sekali tidak masuk dalam DPT. Kasus yang menurut saya lebih parah adalah kasus di mana orang yang sudah meninggal dunia masih terdaftar sebagai pemilih tetap. Tapi itu masih belum seberapa sih, dibandingkan daftar calon legislatif di bulan April lalu, yang memuat satu atau dua nama orang almarhum untuk dipilih sebagai wakil rakyat di DPR/DPRD.
Banyak yang mengajukan usul agar DPT dibenahi dulu sebelum Pilpres besok dilangsungkan. Dipikir-pikir ya wajar saja ada permintaan seperti ini. Soalnya kan kasihan saudara-saudara kita yang semustinya punya hak suara tapi tidak teraspirasikan hanya gara-gara namanya tidak tercantum dalam DPT. Ada sebagian lagi yang mengusulkan agar mereka yang namanya tidak ada di DPT, tetap dapat memilih dengan menunjukkan kartu identitas mereka, yang di Indonesia dikenal dengan istilah KTP (Kartu Tanda Penduduk).
Menurut saya, kisruh DPT pada pemilihan umum disebabkan oleh andil masyarakat sendiri. Jadi semustinya ribut-ribut yang terjadi sekarang tak perlu dipermasalahkan. Semuanya terpulang kepada diri kita masing-masing.
Begini penjelasannya. Coba lihat teman-teman kerja anda di kantor, terutama bagi anda yang bekerja di Jakarta. Berapa banyak dari teman-teman anda itu yang memiliki KTP dua atau lebih? Satu KTP Jakarta, satu lagi KTP kampung halamannya, biasanya begitu. Kadang masih ditambah lagi dengan KTP tempat dia tinggal. Misalnya, seseorang berasal dari satu daerah di luar Jawa. Tinggal di kota-kota sekeliling Jakarta (Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi). Bekerja di Jakarta. KTP kampung halaman ada sendiri, KTP tempat tinggal juga ada, KTP tempat kerja pun ada.
Pengalaman saya pribadi nyata-nyata terjadi. Waktu saya pindah domisili, saya sempat melapor ke Ketua Rukun Tetangga tempat tinggal saya yang baru. Waktu itu saya menyerahkan salinan KTP dan Kartu Keluarga. Seolah seperti hal yang lumrah, pak RT waktu itu bilang sama saya, "Nanti kalo pak Anung mau bikin KTP sini, bilang aja sama saya."
Saya ganti tanya, "KTP yang lama masih berlaku nggak pak?"
"Masih berlaku."
Jadi artinya saya bakal punya dua KTP toh?
Konsekuensinya dengan pemilihan, berarti saya punya hak memilih dua kali, seandainya pemilihan bisa dilaksanakan dengan menunjukkan KTP sebagai bukti identitas. Yang salah siapa?
Sebetulnya saya juga memikirkan hal yang aneh berkaitan dengan pendataan DPT ini. Mustinya kan data DPT ini bisa sekaligus digunakan sebagai Sensus Penduduk. Setidaknya warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas, akan terdata dengan akurat jumlahnya ada berapa. Sayangnya saya melihat sebagian kita memandang Sensus Penduduk tak ada manfaatnya buat rakyat.
Kalau dihubungkan dengan bencana, mungkin kita bisa berpikir lebih panjang.
Coba bayangkan tanggal 8 Juli besok bukan perhelatan Pemilihan Presiden. Coba bayangkan sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi, gempa bumi massal misalnya. Katakanlah seluruh kota besar di Indonesia akan digoncang gempa tanggal 8 Juli besok. Saya tahu ini terlalu mengada-ada. Tapi coba pikirkan apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah ketika tiba saatnya mengalirkan bantuan bencana alam kepada kita-kita ini, rakyat jelata.
Berapa tepatnya jumlah penduduk di Jakarta yang perlu diberi bantuan? Apakah bisa akurat kalau kita punya dua atau tiga KTP?
Jadi menurut saya, bagi mereka yang protes gara-gara namanya tidak terdaftar dalam DPT, cobalah ambil cermin dan lihat isi dompet kalian. Lihat apakah ada KTP ganda di sana. Kalau mau punya hak suara, mbok ya ikut serta aktif dengan memberikan jumlah anggota keluarga kita ada berapa ke kelurahan setempat.
Kita ini cenderung menyalahkan orang lain. Kita pengen supaya staf Kelurahan keliling ke rumah-rumah untuk mendata ada berapa individu yang tinggal di setiap rumah. Apa nggak lebih enak kalau kita sama-sama ikut aktif, sekali-kali datang lah ke Kelurahan. Toh hanya lima tahun sekali menengok seperti apa suasana di sana.
Mungkin malah ketemu tetangga belakang rumah yang selama ini nggak pernah ketemu gara-gara sibuk pergi pagi pulang malam bekerja di Jakarta. Mungkin malah bisa membuka kesempatan bisnis baru karena ketemu saudara-saudara yang lain.
Friday, 26 June 2009
Another Blog of Recipes (in Bahasa)
Wednesday, 24 June 2009
Belajar dari Star Wars dan Star Trek
Tuesday, 23 June 2009
Aku Berjanji..
Monday, 22 June 2009
Minuman Diuretik dan Stroke
Monday, 15 June 2009
Para Legenda Kita Berkata..
Thursday, 4 June 2009
Mencemarkan Nama Baik Sendiri
Pertama, tentang dugaan pencemaran nama baik. Prita didakwa telah mencemarkan nama baik pihak RS Omni Internasional Alam Sutera (OIAS) karena telah menuliskan sepucuk surat elektronik yang menurut versi media massa, dia kirimkan kepada teman-teman dekatnya.
Mengikuti asas praduga tak bersalah, tentu saja kita lebih baik bersikap terbuka bahwa tindakan Prita menuliskan surat elektronik tersebut semata-mata adalah sebagai seorang pasien yang merasa tidak puas atas layanan yang diberikan OIAS.
Kemudian keluhan melalui surel tersebut disebarluaskan oleh teman-teman Prita ke berbagai mailing list. Di sini kita juga sepatutnya berprasangka baik bahwa tindakan teman-teman Prita mungkin didasari atas pertimbangan jangan sampai pelayanan yang kurang baik tersebut dialami oleh orang lain.
Selayaknyalah kita semua mau berbesar hati menerima kritik dari siapa pun. Karena sesungguhnya kritik yang dikeluhkan Prita dan kemudian disebarluaskan oleh teman-temannya pada gilirannya membuat diri kita menjadi lebih baik. Dengan adanya kritik, kita jadi tahu apa kekurangan kita. Dari situ kita bisa membuat prestasi yang lebih baik lagi, semisal dengan meningkatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi para pasien.
Di sisi lain kita juga harus membuka diri terhadap kemungkinan adanya keinginan untuk mengetahui hasil diagnosis tenaga medis. Menurut berita yang dilansir berbagai media, pihak OIAS ingin lebih pasti menentukan hasil diagnosis penyakit Prita dengan cara melakukan cek silang (cross check) terhadap hasil uji laboratorium yang lain.
Pengecekan silang tentu saja memakan waktu cukup lama. Kadang sebagai pasien kita memang menjadi tidak sabar. Seharusnya kita memiliki cukup pengertian bahwa tindakan yang dilakukan tenaga medis tersebut sesungguhnya adalah sikap berhati-hati dalam menentukan diagnosa penyakit. Jangan sampai karena mengambil kesimpulan terlalu dini tindakan yang diambil kemudian sama sekali tidak menyembuhkan penyakit yang sesungguhnya. Jika kita ambil kemungkinan terburuk, dimasukkannya Prita ke dalam penjara di Tangerang mungkin jauh lebih baik daripada misalnya meninggalnya Prita karena salah minum obat. Untuk menentukan obat yang paling cocok untuk suatu penyakit dapat diketahui dengan uji klinis yang mendalam dan mungkin membutuhkan waktu yang panjang, apalagi jika memang ternyata penyakit yang diderita Prita termasuk kasus yang langka.
Kita sebagai pasien, konsumen layanan kesehatan, memang punya hak untuk menerima informasi yang jelas dan gamblang terhadap semua uji klinis yang dilakukan. Sama halnya dengan hak kita untuk mendapatkan informasi sejelas mungkin apakah obat yang diberikan
dokter kepada kita mengandung zat yang mematikan atau tidak. Di sisi lain, kita juga harus memahami bahwa untuk menentukan obat yang paling cocok memerlukan kehati-hatian. Proses diagnosa yang panjang mungkin bisa membuat kita sebagai pasien menjadi tidak sabar.
Keterbukaan komunikasi antara pasien dan tenaga medis menurut saya menjadi kunci penting dalam mencegah kejadian semacam ini berulang di kemudian hari.
Dari segi penegakan hukum dan pemberitaan media massa, kasus ini juga perlu mendapat perhatian. Dugaan yang diajukan oleh pihak kejaksaan untuk menggiring Prita ke penjara didasarkan atas Undang-Undang Teknologi Informasi yang kurang lebih mengandung
pasal tentang larangan bagi siapa pun untuk menyebarkan berita bohong. Dari sisi penegakan hukum, menurut saya vonis yang dijatuhkan kepada Prita terlalu keras. Seharusnya hakim juga
mendengar kesaksian dari para dokter yang memeriksa penyakit Prita. Sebab hingga hari ini tak ada sama sekali kabar berita tentang bagaimana tanggapan dua orang dokter yang mendiagnosa
penyakit Prita. Yang diberitakan hanyalah pernyataan juru bicara OIAS yang mewakili kedua orang dokter tersebut. Belum ada satu pun berita yang mengabarkan bahwa dalam pengadilan yang menjatuhkan vonis penjara bagi Prita, dihadirkan kedua orang dokter sebagai saksi untuk didengarkan pendapatnya.
Di sini aspek keadilan dan pemberitaan yang berimbang juga sepatutnya dilakukan oleh insan pers di Indonesia. Sungguh aneh menurut saya jika para wartawan yang melaporkan kasus ini sama sekali tak punya inisiatif untuk mencari keberadaan dua orang dokter yang merawat Prita dan menanyakan pandangan serta kesaksian mereka. Apakah memang benar kejadian yang sebenarnya seperti yang diberitakan selama ini?
Menurut saya, justru dengan menghilangnya kesaksian kedua dokter tersebut kasus tuduhan pencemaran nama baik ini menjadi berbalik. Yang dicemarkan nama baiknya sesungguhnya adalah pihak OIAS dan yang melakukannya adalah OIAS sendiri, dibantu oleh media massa.
Bagi saya yang paling menyedihkan adalah kejadian ini kemudian dijadikan bahan dagangan politik oleh capres dan cawapres kita. Prita sekarang seolah jadi bintang kagetan. Semua orang
membicarakan dirinya. Sama halnya dengan seorang Manohara yang akhirnya bisa kembali ke Indonesia dan sekarang punya jadwal super sibuk memenuhi permintaan wawancara dari para wartawan berbagai media massa.
Naiknya pamor seorang Prita maupun Manohara justru dijadikan batu loncatan oleh capres dan cawapres untuk ikut mendongkrak popularitas mereka. Ke mana saja kalian sebelum kalian mencalonkan diri menjadi capres dan cawapres? Buktinya Manohara berhasil pulang bukan atas simpati dan bantuan kalian. Masih banyak pula TKI kita yang nasibnya hampir mirip seperti budak tapi kalian toh diam saja. Ke mana pula kalian ketika banyak rakyat yang luntang-lantung tak jelas di perempatan-perempatan lampu merah ibu kota mencari sekedar uang untuk membeli nasi ala kadarnya? Berani-beraninya kalian mendengung-dengungkan ekonomi kerakyatan, tanpa menunjukkan aksi nyata.
Semoga tulisan saya ini tidak membuat suasana kritis yang membangun bangsa menjadi hilang. Dengan kata lain, jika gara-gara tulisan saya ini kemudian saya mengalami tuduhan yang sama dengan Prita, karena dianggap tulisan saya mencemarkan nama baik para pengabar berita (wartawan dan reporter) maupun capres dan cawapres, maka sesungguhnya Indonesia tidak akan pernah bangkit dari keterbelakangan.
Jika ada yang merasa tersinggung, sesungguhnya itu adalah suatu hal yang baik. Sebab itu berarti kalian masih punya hati nurani. Jika kalian tak merasakan apa-apa membaca tulisan ini, mungkin hati nurani kalian sudah terlalu beku dan buta terhadap kenyataan yang terjadi di negeri Indonesia tercinta.
Kritik kita perlukan agar kita mengetahui apa kekurangan kita masing-masing. Yang perlu kita biasakan adalah kedewasaan sikap untuk menerima kritik tersebut, dan kemauan untuk mengurangi kelemahan yang masih tersisa pada diri kita.
Tuesday, 12 May 2009
Ono ora Ono
Usut punya usut, ada berita yang katanya menjelaskan kenapa SBY memilih Boediono.
Konon katanya, para legenda politik yang ingin maju menjadi pemimpin negeri ini berkumpul, dengan maksud ingin mendampingin pak SBY menjadi wakil presiden. Akan tetapi, disayangkan, tidak semua tokoh legenda itu datang tepat waktu.
Maka pak SBY pun memeriksa kehadiran para legenda itu.
"Pak Boedi?", tanya SBY memeriksa kehadiran pak Boediono.
"Ono!", jawab Boediono mengonfirmasi kehadirannya.
"Jusuf Kalla?", tanya SBY lagi.
"Ora ono!", kali ini staf kepresidenan yang menjawab.
"Mega?"
"Ora ono!"
"Prabowo?"
"Ora ono!"
"Wiranto?"
"Ora ono!"
Maka akhirnya dipilihlah pak Boediono karena hanya dia yang bisa menjawab Ono ketika dipanggil. Boediono dipilih karena dia Ono (artinya "ada" dalam bahasa Jawa), sementara Mega ora ono, JK ora ono, Prabowo ora ono, Wiranto ora ono.
Monday, 11 May 2009
Benarkah Yahudi Cerdas?
Padahal dalam budaya Islam, meriwayatkan hadits tidak boleh sembarangan. Jika dalam rantai riwayat sebuah hadits terdapat orang yang diragukan kejujurannya, maka hadits itu, betapa pun meyakinkannya, harus ditolak. Apalagi di dalam surat alHujurat(49) ayat ke-6 tercantum perintah bagi umat Islam untuk selalu melakukan verifikasi terhadap berita yang diterima.
Berikut ini uraian yang saya sampaikan berkaitan dengan artikel "Kecerdasan Orang Yahudi".
Salah satu sebab kenapa orang Yahudi pintar dan kebanyakan Muslim bodoh adalah:
1. Kebanyakan Muslim cenderung menerima berita mentah-mentah tanpa melakukan verifikasi apakah memang berita tersebut benar atau tidak.
Padahal dalam kitab utama Muslim, alQuran, tercantum dalam surat alHujurat ayat 6:
QS. al-Hujurat (49) : 6
(http://e-quran.sourceforge.net/chapter/049.html)
Kalau rajin menggunakan Google, seharusnya di jaman sekarang ini pemeriksaan kebenaran berita jauh lbih mudah dilakukan.
Memasukkan kata kunci "Stephen Carr Leon" ke Google, didapatkan satu review tetang berita Kecerdasan orang Yahudi sebagai berikut:
http://bedtimestorie.blogspot.com/2009/02/who-fish-is-dr-stephen-carr-leon.html
Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Semoga kita berbesar hati untuk mengambil pelajaran dari kitab kita sendiri, alQuran. Terutama dalam kasus ini surat alHujurat(49) ayat 6.
Thursday, 7 May 2009
Friday, 24 April 2009
Forget Facebook, Try a Textbook | NBC Connecticut
An Ohio State University study shows that college student's who actively change his/her status on Facebook significantly get lower GPA than non-Facebook users.
Click the link for details:
Forget Facebook, Try a Textbook | NBC Connecticut
Thursday, 23 April 2009
Google Doodle
Wanna see all of Google's interesting logos on several occassions? You can. Google guy kindly archived some of them. They called it Google Doodle. Even this year they make a competition for school students across America to make Google logo of their own.
Wednesday, 22 April 2009
Happy Earth Day
Google merayakan hari bumi tahun ini dengan memasang logo seperti di atas. Kunjungi segera halaman awal Google, sebelum hari ini berakhir. Sebab biasanya logo itu akan kembali seperti logo Google yang default setelah hari peringatan yang bersangkutan berakhir.
Di Jakarta, suasananya makin panas aja. Baru kemarin sore Jakarta dilanda angin kencang dan banjir. Beberapa hari yang lalu, saya sempat terheran-heran mendapati beberapa pohon di wilayah mesjid alAzhar Jakarta Selatan ditebangi. Mungkin maksudnya untuk menghindari kecelakaan akibat pohon tumbang terlanda angin kencang. Di sisi lain, hal ini justru membuat cuaca makin panas. Cuaca yang semakin panas bisa memicu perbedaan tekanan udara yang semakin besar, dan pada gilirannya justru membuat wabah angin kencang semakin meluas.
Tahun lalu, ibu Wakil Presiden mencanangkan gerakan Menanam Sejuta Pohon. Suara gerakan ini terlibas berita Pemilu dan gosip selebritis. Hasilnya sudah bisa ditebak, cuaca makin panas saja dari hari ke hari.
Selamat Hari Bumi! Selamat menikmati Bumi yang makin HOT!
Tuesday, 21 April 2009
Aneh..
Mohon maaf bagi semua yang merasa kurang berkenan dengan hal ini. Tentu saja semua posting yang dianggap baru oleh Multiply itu menjadi semacam gangguan bagi teman-teman semua.
Friday, 17 April 2009
Gaya Gravitasi
Walau begitu ada satu hal menarik dari hubungan antara dimensi waktu dan medan gravitasi ini.
Siapa pun, apa pun, yang ada di alam ini pasti berada dalam medan gravitasi. Dan medan gravitasi yang tak mungkin terelakkan oleh siapa pun adalah apa yang sehari-hari kita sebut dengan kematian. Ketika berbicara tentang mati, secara tak langsung kita juga berbicara tentang waktu. Umur kita dibatasi oleh waktu.
Ilmu astrofisika masih belum bisa menjawab ada apa di balik blackhole. Bisa jadi kematian alam semesta berada di balik blackhole itu.
Ketika saya selesai menulis artikel ini, saya sudah semakin dekat ke arah kematian. Begitu pula anda ketika selesai membaca artikel ini. Tak ada yang bisa menjauh dari medan gravitasi kematian.
Tuesday, 14 April 2009
Tuesday, 24 March 2009
Nggak Pilih Golkar!
Mereka bilang, "Golkar selalu bersama rakyat."
"Eh.. eh.. eh..", kata gue dalam hati, "Enak aja loe ngomong begitu. Waktu masyarakat Sidoarjo yang jadi korban semburan lumpur Lapindo kesusahan, kalian ke mana? Emangnya sekarang mereka, para korban semburan lumpur itu udah dapet ganti rugi yang layak? Mana buktinya kalian bilang 'selalu bersama rakyat'?"
Gue ngedumel dalam hati. Ngurus wilayah Sidoarjo yang kena lumpur, yang luasnya nggak sampe setengahnya Jawa Timur aja nggak kelar-kelar. Gimana Golkar mau bisa gue percaya untuk ngurusin seluruh wilayah Indonesia?
Sori ye.. gue nggak bakal pilih Golkar.
Thursday, 8 January 2009
Umur, Umur, Umur
Dalam bahasa Arab, kata umur berasal dari huruf-huruf Alif, Mim, dan Ra. Dari ketiga huruf ini, bisa dibentuk berbagai macam kata: Amir, Umara', Umur. Semuanya punya keterkaitan makna yang sama, yang dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan Urusan.
Maka kata Umara' mengacu pada seseorang yang diberikan kepercayaan untuk mengurus hajat hidup orang banyak.
Kata Amir sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Pemimpin. Dan seorang pemimpin pasti punya urusan, yang menyangkut urusan sosial kemasyarakatan dengan rakyat yang dipimpinnya.
Demikian juga kata umur, yang dalam bahasa Indonesia sering diasosiasikan dengan usia, atau masa hidup manusia. Dengan diberi umur, artinya manusia masih diberi kepercayaan oleh penciptanya untuk menyelesaikan berbagai urusan. Mengurus istri, anak, dan keluarga. Mengurus pekerjaan di kantor. Mengurus kerukunan dengan tetangga. Mengurus hutang piutang.
Kadang, walaupun sudah jarang, kita dengar orang berkata, "Syukur aku masih punya umur.." Maksudnya dalam konteks ke-Indonesia-an adalah dia bersyukur karena masih diberi kesempatan buat hidup. Tapi, di balik kata umur yang diucapkan, tersembunyi satu rahasia kehidupan, yaitu bahwa dia masih diberi kesempatan hidup untuk menyelesaikan urusan-urusan yang masih belum terselesaikan. Ucapan kalimat tadi bisa kita baca sebagai "Syukur aku masih hidup..", atau "Syukur aku masih diberi urusan.."
Dalam kaitan dengan awal tahun, mari kita renungkan sudah berapa lama kita hidup? Dua puluhan tahun? Belasan tahun? Tiga puluhan?
Apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan urusan yang masih tertinggal? Satu pemikiran yang muncul dalam benak saya di penghujung tahun yang lalu adalah seperti ini:
Dengan bertahun-tahun kesempatan yang sudah kita nikmati dalam hidup ini, beramal baik selama satu jam tentu tidak akan membuat kita susah. Nikmat hidup yang sudah diberikan kepada kita tidak sebanding dengan rasa kantuk yang kita rasakan ketika bangun di pagi hari yang dingin untuk bersiap-siap berangkat ke tempat kerja. Berapa lama sih kita mempersiapkan diri sebelum berangkat kerja? Dua jam, tiga jam mungkin. Dibandingkan 20 tahun usia kita, itu tak ada artinya.
Bekerja keras dengan serius ketika orang lain enak-enak baca koran di kantor, atau ketika teman-teman kita asik nonton gosip selebritis di televisi di sela-sela kesibukan kantor... Berapa lama kita kerja serius? Pagi hari paling lama sampai jam dua belas siang.. paling lama empat jam. Dibanding kesempatan hidup kita yang sudah 20 atau 30 tahun? Tentu tak membuat kita kesulitan kan? Hanya bersusah payah empat jam, nikmat yang Allah berikan kepada kita sudah 30 tahun. Tak ada artinya jerih payah kita itu.
Mari kita bersemangat terus untuk menambah jumlah dan kualitas amal kita di tahun ini. Semoga umur, urusan, yang kita dapatkan bisa menambah timbangan pahala kita nanti di akhirat.
Yuk.. semangat..! Kita kembali kerja, menyelesaikan urusan yang masih tertinggal. Berkonsentrasi tujuh sampai delapan jam untuk hari ini tak banyak berarti dibandingkan nikmat Allah yang telah dia percayakan kepada kita selama puluhan tahun.
Oh iya.. jangan lupa ya.. untuk teman-teman yang muslim, mulailah dengan membaca Basmalah.