Wednesday, 4 November 2009

Pertanda II

Heboh.

Ternyata negeri di tempat cak Luri tinggal penuh dengan para bedebah. Dalam badan penegak hukum ada bedebah. Dalam badan peradilan ada bedebah. Mereka, para bedebah busuk itu, bersiasat memenjarakan orang-orang jujur. Dengan siasat yang mereka buat, mereka ingin orang jujur dipenjara, para bedebah berpesta pora.

Beberapa saat sebelum hebohnya kemunculan nama-nama para bedebah, negeri cak Luri digoncang beberapa kali gempa bumi.

Mendengar dan membaca pemberitaan tentang para bedebah hari ini saja sudah membuat dada cak Luri ingin meledak. Kepalanya tak habis pikir bagaimana mereka bisa tega dengan anak-anak jalanan yang gentayangan setiap hari di bawah terik matahari untuk sekedar mengganjal perut-perut mereka yang lapar. Sementara para bedebah mengatur makarnya dalam ruangan sejuk, dalam kendaraan mewah, dengan alat komunikasi keluarang paling baru.

Memikirkan para korban gempa bumi yang masih perlu mendapat perhatian dengan bantuan untuk bertahan hidup, membuat pikiran cak Luri menghubung-hubungkan gempa bumi sebagai pertanda bagi para bedebah busuk. Mungkin gempa bumi yang beruntun mengguncang negerinya membawa suasana yang membuat para bedebah busuk kehilangan akal, sehingga makar mereka terbongkar.

Nalar cak Luri tahu, tak ada hubungan logis antara rentetan gempa bumi dengan terbongkarnya nama para bedebah busuk. Tapi nalar Anggodo Widjojo lebih nggak masuk akal lagi waktu meminta maaf agar dia dan keluarganya dikasihani.

Sampeyan iku ora didukung rakyat, kok malah njuluk dikasihani. Ngerti ora?

No comments: