Kabar politik di Indonesia beberapa hari terakhir didominasi oleh berita tentang ditahannya ketua KPK. Di sela-sela keriuhan berita KPK, terselip juga kabar dari KPU dan rencana pemilihan presiden bulan Juli mendatang. Walaupun berita KPK mengalahkan berita KPU dari segi porsi pemberitaan di media, tapi tak kalah menarik adalah desas-desus pilihan calon presiden SBY yang katanya akan mengusung Boediono menjadi pasangan calon wakil presiden.
Usut punya usut, ada berita yang katanya menjelaskan kenapa SBY memilih Boediono.
Konon katanya, para legenda politik yang ingin maju menjadi pemimpin negeri ini berkumpul, dengan maksud ingin mendampingin pak SBY menjadi wakil presiden. Akan tetapi, disayangkan, tidak semua tokoh legenda itu datang tepat waktu.
Maka pak SBY pun memeriksa kehadiran para legenda itu.
"Pak Boedi?", tanya SBY memeriksa kehadiran pak Boediono.
"Ono!", jawab Boediono mengonfirmasi kehadirannya.
"Jusuf Kalla?", tanya SBY lagi.
"Ora ono!", kali ini staf kepresidenan yang menjawab.
"Mega?"
"Ora ono!"
"Prabowo?"
"Ora ono!"
"Wiranto?"
"Ora ono!"
Maka akhirnya dipilihlah pak Boediono karena hanya dia yang bisa menjawab Ono ketika dipanggil. Boediono dipilih karena dia Ono (artinya "ada" dalam bahasa Jawa), sementara Mega ora ono, JK ora ono, Prabowo ora ono, Wiranto ora ono.
No comments:
Post a Comment